Ada yg nggak tau gambar apa di atas...? Ya benar, WAYANG KULIT. tapi nggak heran kalao sebagian anak muda sekarang tidak tau. karena bagi sebagian kaum muda wayang kulit sudah ketinggalan jaman, bahkan mungkin istilah jaman anak muda sekarang KAMSEUPAI, sungguh sangat tragis nasib kesenian wayang kulit, seakan jadi kesenian asing di negeri sendiri, padahal bagi negara lain Wayang Kilit suatu kesenian yg sangat unik dan mendidik. karena dalam setiap cerita pewayangan selalu ada pesan moril dan kebajigan, bahkan sudah banyak warga negara asing mempelajari cerita pewayangan bahkan ada yg sudah menjadi dalang.
Bahkan Dunia telah mengakui wayang kulit sebagi kesenian indonesia
Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata I Gede Ardika mengungkapkan,
sejak 7 November 2003 lalu Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan
Kebudayaan PBB (UNESCO) telah mengakui wayang sebagai World Master Piece
of Oral and Intangible Heritage of Humanity.
Selain itu, tutur Ardika, wayang niscaya akan mengangkat citra bangsa, mengangkat nama bangsa, harkat dan martabat bangsa dalam forum dunia. “Tugas kita memperkenalkan nilai-nilai budaya bangsa dalam pergaulan dunia,” kata Ardika.
Menurut Ardika, pengakuan ini sama sekali tidak menjadi kekangan bagi para pegiat wayang untuk terus berkreativitas. “Ini justru mendorong. Ini tantangan untuk berkreasi,” kata dia.
Sementara itu, menurut Deputi Bidang Seni dan Film pada Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata Dr Sri Hastanto, sampai saat ini hanya terdapat 28 warisan budaya di dunia yang diakui sebagai master piece intangible. Oleh karena itu, pengakuan ini sangat bermakna bagi kehidupan kebudayaan di Indonesia.
Sebenarnya, tambah Hastanto, inisiatif pengusulan wayang sebagai warisan dunia ke UNESCO juga mengandung soal-soal taktis. “Supaya para dalang di dalam mengembangkan wayang tetap menjaga humanity-nya. Jangan sampai wayang hanya jadi hiburan yang dangkal, hanya hura-hura saja. Setelah diakui sebagai master piece, mosok master piece kok kayak gitu…” kata Hastanto.
Dalam tataran praksis, kata Hastanto, UNESCO akan menangani banyak hal. Segala kegiatan dalam pengembangan wayang, UNESCO akan bersikap sebagaimana jika kita memugar Borobudur. “Kalau Borobudur itu tangible, wayang intangible,” kata dia.
UNESCO berhak memberikan pemikiran-pemikiran, termasuk menjaga agar wayang sebagai master piece tetap terjaga. “Yang berat itu nanti sosialisasinya,” ujar Hastanto.
Terhadap kenyataan bahwa sebagian wayang saat ini telah menyerap unsur-unsur seni lain, semisal musik dangdut, menurut Hastanto, hal itu sangat dimungkinkan. “Asalkan tidak mengingkari nilai-nilai humanismenya. Prinsipnya, kreativitas tetap didorong,” ujar Hastanto. (CAN)
Apakah pengakuan UNESCO hanya akan kita jadiakn piagam pajangan semata...?
0 comments:
Post a Comment